Dari Ragunan Ke Planetarium
Perjalanan ini
dilakukan demi mewujudkan proker Divisi Biologi dan Astronomi Pengurus KIR
Hexagon, yaitu Rekreasi bareng KIR.
Awalnya ide jalan – jalan ini terkesan gila. Bagaimana mungkin dari Jagakarsa bisa
langsung loncat ke Cikini? Kalo nyewa bus travel Cipaganti normal – normal aja
kali ya? Lah ini naik kereta plus naik angkutan umum doang.
Saya (divisi Bio)
dan Mae (divisi Astro), merembukan hal ini lewat chat di Facebook. Setelah
melalui diskusi yang panjang, maka kami berharap partisipan acara ini jangan
sampai terlalu banyak. Kan repot harus mengurusi puluhan massa saat jalan – jalan.
Entah harus
bersyukur atau miris, memang pada akhirnya yang bisa ikut hanya 12 orang,
seperdelapan dari jumlah pengurus KIR Hexagon yang seharusnya.
Biaya yang kami
perhitungkan adalah sebagai berikut:
Kelas
ekonomi ke Ps. Minggu = 2000
angkot s15A = 3000 / metromini 68 =2000
angkot s15A ke stasiun lagi = 3000 / metromini 68 = 2000
kelas ekonomi ke gondang dia = 2000
angkot s15A = 3000 / metromini 68 =2000
angkot s15A ke stasiun lagi = 3000 / metromini 68 = 2000
kelas ekonomi ke gondang dia = 2000
Tiket
ragunan = 5000
Nonton planetarium show = 7000
Kelas ekonomi pulang = 2000
Nonton planetarium show = 7000
Kelas ekonomi pulang = 2000
Setelah ditotal kurang lebih sekitar 24.000
Namun ternyata, Faris (peserta acara) tidak setuju
kalo harus naik kereta ekonomi, alasannya karena KRL tersebut jumlahnya lebih
sedikit daripada Commuter Line, Ekonomi juga rawan copet. Disamping itu, waktu
kepulangannya bersamaan dengan jam orang pulang kerja, dan itu pasti bakal
penuh banget. Akhirnya diputuskanlah biayanya nambah jadi 39.000
Lalu kesebelasan Hexagoners pun berangkat, satu
orang lagi nunggu di st. Bojong Gede karena emang rumahnya di situ. Di stasiun Bogor
malapetaka kecil pun terjadi, ane sebagai pemrakarsa acara malah ketinggalan
rombongan! :(
Sebab musababnya, ane terlalu sibuk untuk mencari
kartu Commet di dalam tas, padahal seharusnya masuk stasiun dulu saja, namun
apa daya, ane akhirnya ditinggal kereta CL yang perlahan berangkat. Ane
sempat mengutuk sistem Commuter Line
yang pintunya otomatis buka – tutup, coba kalo pintunya terbuka kayak Ekonomi,
kan bisa dikejar keretanya!
Kejadian itu lantas memberi hikmah, bahwa semestinya
kita mempersiapkan dulu uang sebelum tukang roti lewat, jadi kan tinggal
manggil, ga usah ngecek lagi ada atau engganya uang #ga nyambung
Untunglah rombongan Hexagoners menunggu dengan setia
di st. Pasar Minggu, perjalanan
dilanjutkan dengan naik bus Kopaja 68. Waduh berdiri di bus itu bagi orang
jangkung mungkin adalah sebuah penderitaan, meuni pondok langit – langitnya!. Tambah
lagi tukang harum manis pake ikutan masuk segala, bikin ruang bus sudah tidak
berperikemanusiaan lagi.
Bus lalu sampai di ragunan, di loket tertera tulisan
kalo biaya tiket masuk Ragunan sebesar 4000, tapi tunggu, di bawahnya lagi ada
tulisan
‘sumbangan = 500’ ,
lah udah aja atuh biar cepet mah tentuin aja harganya 4500, kalo orang nolak ngasih sumbangan gimana?
‘sumbangan = 500’ ,
lah udah aja atuh biar cepet mah tentuin aja harganya 4500, kalo orang nolak ngasih sumbangan gimana?
Di dalam ragunan, satwa yang pertama kali kami lihat
adalah burung Pelikan. Kami cukup beruntung datang pada saat yang tepat,
Pelikan – pelikan itu kebetulan sedang dikasih makan ikan oleh pengurus kebun.
Wah lucunya melihat pelikan – pelikan itu berebut saling unjuk paruh. Mereka
harus diajarkan budaya bebek rupanya, karena mereka belum bisa antri! Orang
Indonesia banget…
Tak terduga fotografer terkenal Hexagon yakni Eki :P
, melihat sebuah tempat sampah memiliki merek T*shiba, siapa sangka perusahaan
ini jg memproduksi barang seperti itu.
Lain lagi di arena gajah, saat dikasih pisang
gajah – gajah tidak berebut, mereka cukup ngambil pisang dengan belalainya tanpa
perlu banyak berpindah tempat.
Tadinya kita mau atraksi naik gajah dengan biayanya cuma 7000 per orang, tapi entah kenapa wahananya nampak kosong, dan pada saat itu adalah hari Rabu
Di tengah kekecewaan tak sengaja kami melewati seorang pawang ular, dan hiii di dekat kakinya terdapat ular kobra yang besarnya ga kira - kira. Seakan tahu kekhawatiran kami, ia memberitahukan bahwa hewan kesayangannya itu tidaklah menyerang manusia
Lalu kami melihat papan petunjuk ke arah mana kami kan menuju. Ada yang agak aneh sama salah satu tulisan satwanya, sepele sih tapi cukup menarik perhatian walau salah satu huruf doang.
Berbagai aneka satwa kami lewati, mulai dari simpanse yang teriak - teriak dari jeruji besi, komodo yang nyamar jadi akar pohon, orang utan yang diem di dalam gua , sampai pada akhirnya kami tiba di area Beruang Grizzly.
Lagi - lagi kami dibuat takjub dan geli melihat perilaku beruang - beruang yang semestinya terkenal sebagai predator ganas ini.
Primata kalah tegak daripada beruang yang satu ini! |
Hidup rukun sesama beruang |
Setelah capek cuma liatin binatang, kami akhirnya memutuskan untuk naik binatang - binatangan air alias perahu bebek. Harganya cukup terjangkau, cuma 15.000 buat satu perahu, dan satu perahu bisa diisi dua orang. Harga segitu cuma buat satu putaran. Namun catatan sedikit, hati - hati bila naik wahana ini jangan sampai terlalu pinggir karena Anda bisa nyusup ke rawa - rawa. Selain itu, di tengah kolam ini ada pulau, yang di atasnya berkuasalah dua ekor Owa hitam, bisa kena omel kalo kita coba - coba berhenti dan naik ke pulau itu.
Perut lapar, fortunately, ga jauh dari kolam ada tempat makan yang harganya alhamdulillah normal - normal aja. Beda banget sama tempat sekitar *RJ atau D*fan yang suka transformasiin harga
Piknik bareng |
Tadinya kita mau pergi ke Primata schmutz yang kena biaya 7000, tapi berhubung kita ngejar waktu buat ke Planetariumnya, terpaksa dibatalin.
Perjalanan kami menuju pintu keluar Ragunan melewati banyak satwa buas, seperti:
1. Macan Tutul
Perjalanan kami menuju pintu keluar Ragunan melewati banyak satwa buas, seperti:
1. Macan Tutul
2. Ular Kobra
3. Buaya
4.
Not Sure, tapi kayaknya Komodo atau Biawak
Inget serial kartun Pokonyang di acara Spacetoon? |
Dan pertunjukan pun segera dimulai, kami memasuki sebuah ruangan yang mirip bioskop, cuma yang beda itu nontonnya musti mendongakkan kepala ke atas bukan ke depan.
berbagai rasi bintang dan benda langit bermunculan, proyektor berbentuk globe yang bergerak maju mundur membuat efek seakan - akan ruangan itu bergerak laksana pesawat luar angkasa. Kami hanya memandang takjub. Lagu Time to say Good bye dalam bahasa Itali mengakhiri pertunjukkan.
Kesebelasan Hexagoners (yang satu lagi motoin) |
Fikrizan (Eki) , Pemilik foto-foto keren ini... |
Pulangnya
kami ke Stasiun Cikini dan naik kereta Commuter Line. Subhanallah di gerbong
non - kereta wanita ternyata penuuuh banget, ane dkk aja musti maksa masuk
supaya dapet space di dalamnya. Untunglah, akhwat-akhwatnya terlindungi di
kereta wanita dan tidak merasakan betapa tidak bisa bergeraknya kaum ikhwan di
tengah himpitan manusia. Bagaimana seandainya kami naik Ekonomi? Silakan Anda jawab sendiri dengan mencobanya.